336280
P A S T A
I. DEFINISI
Pasta sama dengan salep dimaksudkan untuk pemakaian
luar kulit. Namun perbedaanya dengan salep adalah kandungannya; secara umum
persentase bahan padat pada pasta lebih besar dibanding salep, oleh karena itu
pasta lebih kental dan kaku, daya absorpsinya lebih besar dan kurang berlemak
daripada salep yang dibuat dengan komponen yang sama. Oleh karena kualitas
pasta yang keras dan absorptif, ashingga saat pemakaian pasta akan tetap
tinggal di tempatnya dengan sedikit kecenderungan untuk melunak dan mengalir,
sehingga efektif digunakan untuk absorpsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian. Pada luka akut yang cenderung mengeras, menggelembung ataupun
mengeluarkan darah, pasta cenderung lebih disukai daripada salep. Namun karena
sifatnya yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta umumnya tidak sesuai untuk
pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu. Di antara pasta yang sering digunakan
saat ini adalah : pasta gigi, pasta zink oksida. Pasta dibuat dengan cara yang
sama dengan salep. (Ansel, C. Howard., ‘Pengantaar Sediaan Farmasi ‘ , edisi
IV, Penerbit UI, 1989, hal : 515).
Pasta
merupakan sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal (FI
IV, Hlm 14).
Pasta
adalah produk seperti ointment untuk penggunaan eksternal yang dikarakterisasi
dengan adanya bagian serbuk/ padat yang lebih banyak. Pasta lebih kental dan
keras, serta kurang oklusif dibandingkan ointment lain (Husa’s Pharm.Dispensing of Medication).
Pasta merupakan ointmen
yang mengandung sekitar 50% serbuk yang terdispersi dalam basis berlemak, namun
pasta kurang berlemak dibanding ointment karena serbuk akan mengabsorpsi
sebagian hidrokarbon air. (Aulton,
Pharmaceutical Practice).
Pasta merupakan salep yang didalamnya ditambahkan zat
padat yang tidak larut dalam konsentrasi yang tinggi. Biasanya digunakan
sebagai penghambat yang melindungi kulit, seperti pengobatan dengan masker atau
pelindung muka dan bibir dari sinar matahari (Clackman –Industri, buku2, halaman 1091).
Pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan
untuk pemakaian luar, digunakan sebagai antiseptikum atau pelindung kulit (Fornas 1998, halaman 326).
II. TEORI
2.1 Penggolongan
Menurut
FI IV, Hlm 14
Ada dua kelompok utama pasta.
- Kelompok
pasta yang dibuat dari gel fase tunggal mengandung air
Contoh: pasta natrium
karboksimetilselulosa (CMC)
- Kelompok
pasta berlemak
Contoh: pasta Zink Oksida (pasta padat,
kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung
bagian yang diolesi).
Menurut Ilmu Meracik Obat, 2000, halaman 67-70;
Ada 3 macam pasta;
- Pasta
berlemak
Merupakan salep yang mengandung lebih dari
50% zat padat
Bahan dasar salep : vaselin, parafin cair
Jumlah lemak yang lebih sedikit dibanding
serbuk padatnya harus dilelehkan dulu supaya homogen.
- Pasta kering
Merupakan pasta bebas lemak mengandung
±60% zat padat (serbuk).
- Pasta
pendingin
Menurut Basis Pasta (Copper
n Gunn’s:Dispensing for Pharm.Student,hlmn 210,211)
- Hidrokarbon
- Basis
absorpsi
- Basis
air-misibel
- Basis
Larut Air
2.2 Keuntungan dan Kerugian
·
Pasta mengandung lebih banyak bahan padat dan oleh karena itu
lebih kental dan kurang meresap daripada salep. Pasta biasanya digunakan karena
kerjanya yang melindungi dan kemampuannya menyerap kotoran serum dari luka-luka
di kulit. Jadi bila kerja melindungi lebih dibutuhkan dari terapeutiknya maka
akan lebih dipilih penggunaan pasta. (Ansel, C. Howard., ‘Pengantaar Sediaan
Farmasi ‘ , edisi keempat, Penerbit UI, 1989, hal : 107).
·
Konsep pembuatan pasta adalah bahwa konsentrasi zat padat yang
tinggi dapat mengabsorpsi eksudat kulit, namun karena partikel tersebut disalut
lemak, maka membatasi penyerapan air. Pada kenyataannya, pasta lebih berhasil
menyerap bahan kimia beracun seperti amonia yang dihasilkan mikroba dalam urin.
Konsistensinya yang tinggi menjadikan pasta dapat berfunsi sebagai pelokalisasi
zat yang iritan. Pasta kurang berminyak dibandingkan salep karena jumlah zat
padat yang tinggi dalam pasta dapat menyerap hidrokarbon cair (Aulton, Pharmaceutical Practice).
·
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebi menyerap
dibanding salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini
cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum; dan mempunyai daya penetrasi
dan daya maserasi lebih rendah daripada salep. Oleh karena itu pasta digunakan
untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak, menggelembung atau mengeluarkan
cairan (FI IV, Hlm 14).
·
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk
memperoleh efek lokal (misal pasta gigi Triamsinolon Asetonida) (FI
IV, Hlm 14)
III. FORMULA
3.1 Formula umum/standar
Formula umum pasta :
R/ Zat aktif
Basis
Zat tambahan (pengawet, antioksidan,
emolien, emulsifier, surfaktan, zat penstabil, peningkat penetrasi, dan lainnya)
3.2 Formula menurut buku-buku resmi
Menurut Ilmu Meracik Obat
(IMO),2000,hal 67-70;
- Pasta
berlemak
Pasta asam salisilat seng (juga ada di Fornas 1998 hal.14)
Asam salisilat 200 mg
ZnO 2,5 g
Amylum tritici
2,5 g
Vaselin
flavum hingga 10 g
Pasta Seng (juga
ada di Fornas 1998 hal.304)
ZnO 2,5 g
Amylum tritici 2,5 g
Vaselin flavum hingga
10 g
Pasta resorsinol belerang (juga ada di Fornas 1998
hal.267)
Resorsinol 500 mg
Sulfur 500 mg
Cetomacrogolum
1000 300 mg
Cetostearylalcoholum 1,2
g
ZnO 4 g
Parafin
liquid 1 g
Vaselin
flavum hingga 10 g
- Pasta kering
IMO,2000,
hal.67; (disebut juga masker)
Bentonit 1
Sulfur
praecipitatum 2
ZnO 10
Talk 10
Ichtamoli 0,5
Gliserin
Aqua ad 5
- Pasta Pendingin
Salep Tiga Dara
(IMO,2000,hal.67)
ZnO
Olei
olivae
Calcii
Hydroxidi solutio aa 10
4. Formula pasta lainnya
Pasta
ter seng (Fornas 1998 hal.249)
tiap 10 g mengandung :
Picis solutio 750
mg
Zinci pasta 9,25
g
Keterangan :
Picis solutio = 20 g ter batubara dengan 50 g
pasir tercuci dimaserasi dengan 5 g polisorbat-80 dan 70 ml etanol 90% selama 7
hari, disaring dan diencerkan dengan etanol 90% hingga 100 ml.
Pasta gigi umumnya mengandung :monoflourophosphate,
glycerophosphate, triclosan.
3.3 Penjelasan Formula
3.3.1 Zat aktif
Zat aktif yang sering digunakan misalnya
zink oksida, sulfur, dan zat aktif lain yang tentunya dapat dibuat dalam bentuk
sediaan semisolid. Penggunaan pasta pada umumnya untuk antiseptik,
perlindungan, penyejuk kulit, dan absorben sehingga zat aktif yang sering
digunakan ialah zat aktif yang memiliki aktivitas farmakologi seperti yang
telah disebut di atas. Sifat zat aktif yang perlu diperhatikan ialah zat aktif
harus mampu didispersikan secara homogen pada basis namun dapat lepas dengan
baik dari basis dan dapat menembus kulit untuk mencapai tujuan farmakologisnya (Lachman-Teori dan Praktek Farmasi
industri, hal.548).
3.3.2 Basis
Menurut
Copper n Gunn’s : Dispensing for Pharm.Student, hal. 210-211;
Basis yang digunakan untuk pembuatan pasta
ialah basis berlemak atau basis air.
Macam-macam basis yang dapat digunakan untuk pembuatan pasta :
- Basis hidrokarbon
Karakteristik dari basis ini
yaitu :
·
tidak
diabsorbsi oleh kulit;
·
tertinggal
diatas kulit sebagai suatu lapisan yang menutupi, dimana akan membatasi hilangnya
kelembaban sehingga keadaan kulit tetap lunak dan menahan panas tubuh;
·
tidak
tercampurkan dengan air;
·
diatas
permukaan kulit akan sukar dibersihkan;
·
lengket;
·
akan
memperpanjang waktu kontak dengan kulit dan obat, tetapi memberikan perasaan
tidak menyenangkan kepada pemakai;
·
inert;
·
daya
absorbsi air rendah.
Contohnya ialah : vaselin untuk pasta zinc; parafin
cair untuk pasta alumunium
- Basis absorpsi
Karakteristiknya : bersifat
hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air atau larutan cair.
Terbagi menjadi 2 kelas, yaitu :
a) Basis non emulsi
Dapat menyerap air dan larutan cair membentuk emulsi
A/M. Mengandung campuran dari emulgen tipe sterol dengan satu atau lebih
parafin. Jika dibandingkan dengan basis hidrokarbon:
·
kurang
bersifat oklusif namun emolien yang baik.
·
membantu
obat larut minyak untuk penetrasi kulit.
·
Lebih
mudah menyebar/dioleskan (spread)
Emulgen sterol yang penting adalah :
·
wool fat (lanolin anhidrat)
·
wool alkohol
·
bees wax
·
kolesterol
b) Emulsi A/M
Dapat mengabsorpsi air lebih
banyak dari basis non emulsi. Terdiri dari :
·
hydrous wool fat (lanolin)
·
oily cream BP
Emulsifying wax
merupakan basis pada pasta zink dan coal
tar.
- Basis air-misibel
Keuntungannya antara lain :
·
Misibel/bercampur
dengan eksudat dari luka.
·
Mengurangi
gangguan terhadap fungsi kulit.
·
Kontak
baik dengan kulit karena kandungan surfaktannya.
·
Penerimaan
terhadap kosmetik yang cukup baik
·
Mudah
dibersihkan dari rambut. Selep dengan basis hidrokarbon/absorpsi sangat tidak
cocok untuk kondisi scalp karena
sulit dibersihkan/dihilangkan dan tidak menyenangkan.
- Basis larut air
Beberapa pasta terbuat dari basis makrogol.
Keuntungan basis larut air :
·
larut air
·
absorpsi
yang baik oleh kulit
·
mudah
melarutkan bahan lain
·
bebas
dari rasa lengket
·
nyaman
digunakan
·
kompatibel
dengan berbagai obat-obat dermatologi
Kerugian basis larut air :
·
pengambilan
(up-take) air yang terbatas
·
kurang
lunak jika dibandingkan dengan parafin
·
mengurangi
aktivitas beberapa zat anti mikroba
·
melarutkan polythene dan
bakelite
3.3.3 Bahan tambahan (TPC, hal.147-152)
- Pengawet
Bahan pengawet yang digunakan perlu dijaga
kestabilannya. Bahan pengawet dapat berinteraksi dengan zat lainnya termasuk
zat aktif juga dengan wadah sediaan sehingga benar-benar perlu diperhatikan
interaksi antar bahan yang ada. Selain itu bahan pengawet ada yang bersifat
iritan terhadap kulit sehingga juga perlu diperhatikan pemakaiannya.
Contohnya : metil paraben dan propil
paraben lebih mengiritasi kulit hidung dibanding aamonium kuartener. Yang
paling penting bahan pengawet yang digunakan harus terbukti efektif untuk
menjaga sediaan dari kontaminan terutama mikroba yaang dapat membahayakan.
- Antioksidan
Antioksidan diperlukan jikaa kemungkinan
teroksidasi ada dan dapat merusak sediaan atau bahkan membahayakan. Namun
formulasi ini harus memperhatikan toksisitas, potensi, iritasi, kompatibilitas,
bau, warna, kelarutan, ddan kestabilan sediaan. Misalnya asam sitrat dan asam
fosfat.
- Emulsifier
Pada penggunaan emulsifier yang harus
diperhatikan ialah stabilitas. Penggunaan emulsifier lebih baik dikombinasikan
sehingga diperoleh stabilitas yang lebih baik dan sifat iritan yang lebih
rendah. Macam-macam emulsifier yang dapat digunakan ialah emulsifier anionik
(natrium lauril sulfat, trietanolaminstearat), emulsifier kationik (amonium kuartener, cetrimide), dan emulsifier nonionik (ester glikol, ester
gliserol).
- Zat penstabil
Bahan ini perlu ditambahkan jika sediaan
sulit mencapai stabilitas yang baik terutama selama penyimpanan.
- Humektan
Bahan ini digunakan untuk mengurangi
sediaan semisolid dari kehilangan air. Contohnya gliserol dan PEG.
IV. PERHITUNGAN FORMULA
Perhitungan formula pasta : Mengacu pada
Salep
V. PROSEDUR
PERMBUATAN
Modul Praktikum Teknologi Sediaan Likuida dan Semi Solida; Dra. Sasanti
T. Darijanto, MS; Dept Farmasi; FMIPA; 2002; Hlm 33-34;
Metode pembuatan pasta sama dengan salep. Untuk basis
semisolid metode fusion (pelelehan)
dan/atau triturasi dapat digunakan. Triturasi sendiri cocok digunakan untuk
pembawa likuid.
·
Metode Fusion
Disini zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama
dan diaduk sampai membentuk fase yang homogen. Dalam hal ini perlu diperhatikan
stabilitas zat berkhasiat terhadap suhu yang tinggi pada saat pelelehan.
·
Metode Triturasi
Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis
yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan
dengan penambahan sisa basis. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk
melarutkan terlebih dulu zat aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang
akan digunakan.
Metode dan cara pembuatan pasta:
- Sediaan yang
akan dibuat adalah pasta….... dengan kekuatan sediaan.......
- Bobot
sediaan pasta dalam kemasan tube ..... g
- Jumlah yang
akan dibuat….. tube ditambah dengan keperluan evaluasi sebanyak…... tube.
Jadi total yang akan dibuat adalah ….. tube
- jumlah pasta
yang akan dibuat adalah …. g (kapasitas minimal alat pengisi sediaan
semisolid 250 g)
Prosedur pembuatan :
- Timbang
sejumlah zat aktif dan eksipien sesuai dengan yang dibutuhkan
- Tambahkan
zat pembawa dan zat berkhasiat kemudian dilelehkan bersama dan diaduk
sampai membentuk fase yang homogen (fusion).
- Zat yang
tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan
salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa
basis. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dulu
zat aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang akan digunakan
(triturasi).
- Pasta
yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi pasta dan diisikan ke
dalam tube sebanyak yang dibutuhkan
- Ujung
tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah yang dilengkapi
brosur dan etiket.
PASTA
STERIL
Untuk pasta steril (sangat jarang dipakai dan dibuat)
pembuatan dilakukan sama seperti cara pembuatan salep mata steril;
Menurut
FI IV, hal.12;
·
Sediaan
dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat
serta memenuhi syarat Uji Sterilitas<71>.
Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan
dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat Uji Sterilitas<71> dengan
pembuatan secara aseptik.
·
Sediaan
tidak disterilisasi akhir tetapi dibuat dengan teknis aseptis. Bahan obat dan
dasar salap disterilkan dengan cara yang cocok. Bahan obat ditambahkan sebagai
larutan steril atau sebagai serbuk steril termikronisasi pada dasar, hasil
akhir dimasukkan secara aseptik di dalam
tube steril.
Metode yang biasa digunakan untuk pembuatan pasta
steril adalah metode aseptis dan dengan metode aliran laminar, karena tidak
memungkinkan untuk dilakukan metode strerilisasi akhir.
- Metode Aseptis
Cara ini terbatas penggunaannya pada sediaan yang
mengandung zat aktif peka suhu tinggi dan dapat mengakibatkan penguraian dan
penurunan kerja farmakologinya. Antibiotika dan beberapa hormon tertentu
merupakan zat aktif yang sebaiknya diracik secara aseptis. Cara aseptis
bukanlah cara sterilisasi melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan
steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan. Dengan cara ini
zat aktif dihindarkan dari cara sterilisasi yang melibatkan panas.
- Metode Aliran Udara Laminar
System aliran laminar didefinisikan sebagai aliran udara
di mana keseluruhan gerakan udara mempunyai kecepatan seragam sepanjang garis
paralel dengan gerakan turbulen yang minimum. Aliran laminar meminimalkan
kemungkinan kontaminasi mikroba dengan menyediakan udara yang bebas partikel
dan mikroba.
Karena sebagian besar teori untuk pasta steril adalah
sama dengan mata salep, jadi bisa keterangan yang
lebih lengkap di bagian mata salep halaman 15-16, demikian juga dengan wadah
untuk pasta steril adalah sama dengan wadah salep mata, bisa dilihat di halaman
20.
VI. EVALUASI PASTA
Evaluasi sediaan
pasta sama dengan evaluasi sediaan salep, meliputi :
A.
Evaluasi Fisik
1.
Penampilan (warna dan bau)
(Pustaka GA, Tek. Ar. Likuida & semisolid, hal. 127)
Sama dengan salep
2.
Distribusi Ukuran Partikel (BP 93,
hal. 738)
Sama dengan salep
3.
Homogenitas (FI III, hal. 33)
Sama dengan salep
4.
Konsistensi (Martin, Farmasi
Fisika, hal. 501)
Sediaan semisolid termasuk sistem non-newton,
viskositasnya diukur dengan viskometer rotasional yaitu viskometer cone-plate dan viskometer stormer. Sama
dengan salep
5.
Uji Kebocoran Tube ( FI IV, hal.
1086 <1241>)
Sama dengan salep
6.
Isi Minimum (FI IV, hal. 997
<861>)
Sama dengan salep
7.
Pengukuran Kecepatan Pelepasan
Bahan Aktif dari Sediaan
Sama dengan salep
8.
Pengujian Difusi Bahan Aktif dari
Sediaan
Dilakukan jika dipersyaratkan dalam
monografi/pustaka sediaan. Sama dengan salep.
B.
Evaluasi Kimia
1.
Penetapan Kadar Zat Aktif (sesuai monografi)
2.
Identifikasi Zat Aktif (sesuai monografi)
C. Evaluasi Biologi
·
Uji Penetapan Potensi Antibiotik
(FI IV, Hlm 891-899 <131>)
·
Uji Sterilitas (FI IV, hal.855-863
<71>), Untuk
sediaan steril
Keterangan tambahan untuk evaluasi pasta
Dari : “Buku
Pelajaran Teknologi Farmasi, Rudilf Voigt”, edisi ke-5, terjemahan, Gadjah Mada Universuty Press, hal.378-384
- Daya
mengambil air
Daya mengambil air,
diukur sebagai angka air, berlaku untuk karakterisasi salep dari basis
absorbsi.
Angka air dirumuskan
sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu mempertahankan 100 air bebas dasar
pada suatu suhu tertentu (umumnya 15-20oC) terus-menerus atau suatu
waktu terbatas (umumnya 24 jam), dimana air digabungkan secara manual.
Perolehan kuantitatif dari jumlah air yang diambil berlangsung melalui
penimbangan yang berbeda (sistem mengandung air-sistem bebas air) atau dengan
sebuah penentuan kandungan air (lihat no.2).
Kemampuan air akan
berubah, jika larutan digabungkan. Umumnya menyebabkan penurunan angka air. Itu
terjadi dalam skala khusus pada peracikan dari larutan dengan fenolik (fenol,
resorsinol, pirogalol).
Angka air (AA) dan
kandungan air (KA), yang dinyatakan dalam persen tidaklah sama. Sebagai pedoman
untuk angka air berlaku air bebas dari dasar (basis), sedangkan kandungan air
berhubungan dengan salep emulsi mengandung air. Kedua angka ukur dapat dihitung
satu sama lain menurut persamaan :
AA
= (100.KA) / (100-KA)
KA
= (100.AA) / (100+AA)
- Kadar Air
Ada 3 cara :
- Penentuan
dari kehilangan pengeringan
Dihitung sebagai
kandungan massa yang hilang setelah dilakukan pengeringan pada suatu suhu
tertentu (umumnya dengan cara oven pada suhu 100-110oC). Kehilangan
massa (%) diperoleh dari selisih antaar bobot awal dengan bobot tetap setelah
dioven dan dibandingkan dengan bobot awal.
Cara ini tidak dapat
digunakan jika ada bahan obat atau bahan pembantu yang menguap (minyak atsiri,
fenol, dsb).
- Cara
penyulingan
Dilakukan dengan
cara penyulingan mengunakan bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur
dengan air, seperti itu trikloretan, benzen, toluen atau silen, yang disuling
sebagai campuran azeotrop dengan air, dan pada pendinginan kembali dapat
memisah, sehingga jumlah air tersuling dapat diketahui volumenya.
Caranya : sampel
yang mengandung air dicampur bersama dengan bahan pelarut jenuh kedalam labu
bundar (pada alat), kemudian disuling sampai diperoleh air dipisahkan tidak bertambah lagi (terlihat pada pipa
ukur). (lihat alat pada gambar.1)
- Cara
titrasi menurut Karl Fischer
Penentuannya
berdasarkan pada pemindahan belerang dioksida dan iod dengan air dengan adanya
piridin dan metanol menurut persamaan reaksi berikut :
I2
+ SO2 + CH3OH + H2O « 2HI
+ CH3HSO4
Piridin
akan menangkap asam yang terbentuk dan akan terjadi reaksi secara kuantitatif.
Penentuannya dilakukan dalam sebuah sistem titrasi tertutup terdiri dari
labu titrasi dan buret. Dalam sistem ini tidak ada kontak dengan udara diluar
sistem titrasi, begitu juga dengan pengaruh kelembaban udara. Sebelum dilakukan
penentuan kadar air sampel, larutan reagen Karl-Fischer dibakukan dengan asam
oksalat (2H2O). Disamping titrasi sampel, dengan cara yang sama
dilakukan juga terhadap blanko untuk mengetahui pengaruh dari medium larutan
sampel.
Penentuan titik ekivalen dapat dilakukan secara visual, tetapi lebih baik
secara elektrometris (metode-Dead-Stop). Sebagai bahan pelarut untuk salap
digunakan suatu campuran dari benzen/metanol (9:1).
Untuk perhitungan
kandungan air berlaku formula berikut :
% Air = [f.100(a-b)]
/ Ew
F = nilai
aktif/kadar larutan peniter (mg air/ml)
A = larutan peniter
yang dibutuhkan (ml)
b = larutan peniter
yang dibutuhkan untuk blanko (ml)
Ew = penimbangan
zat/sampel (mg)
Metode ini sesuai dan
cocok untuk penentuan jumlah air dengan kadar rendah dalam sediaan farmasetik
dan lebih baik/tepat dilakukan secara berulang..
3. Penghamburan
Penghamburan suatu salep diartikan sebagai kemampuannya untuk dapat
disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan Ekstensometer (gambar 2).
Sebuah sampel salep dengan volume tertentu diletakkan ke pusat antara dua
lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu diberi beban
dengan cara diletakkan anak timbangan diatasnya. Permukaan penyebaran yang
dihasilkan dengan menaiknya pemberian beban menggambarkan suatu karakteristik
daya hambur.
Hasil yang lebih detail dapat diperoleh dengan cara menggambarkan pemberian
beban (g) dan penghamburan (mm2) dalam suatu grafik sistem
koordinat.
4. Resistensi
panas
Resistensi panas dari salep dilakukan dengan tes berayun. Uji ini
cocok/sesuai digunakan untuk mempertimbangkan daya simpannya pada daerah dengan
iklim tropen nyata (terjadi perubahan suhu) secara terus-menerus.
Beberapa sampel salep yang dalam sebuah wadah tertutup ditempatkan dalam
suatu kondisi dengan suhu yang berubah secara kontinyu dan berbeda-beda
(misalnya 20 jam pada 37oC dan 4 jam pada 100oC) dan
ditentukan waktunya. Selama ditempatkan pada kondisi suhu yang berubah,
dilakukan pengamatan adanya perubahan konsistensi dan homogenitas. Salep yang
baik tidak menunjukkan perubahan konsistensi dan homogenitas.
INFEED
Labels:
Farmasi
Thanks for reading Pengertian PASTA dalam Farmasi. Please share...!
0 Comment for "Pengertian PASTA dalam Farmasi"