336280
MODUL
V
ENZIM
I.
TUJUAN
Memahami dan mampu melakukan
pemeriksaan GOT/ASAT dan GPT/ALT
II.
DASAR
TEORI
Enzim adalah molekul protein yang
mengkatalisis reaksi kimia tanpa mengalami perubahan secara kimiawi, enzim
mengatur metabolisme dengan ikut serta pada hampir semua fungsi sel. Setiap
enzim bersifat spesifik bagi substrat yang diubahnya menjadi suatu produk
tertentu. Pada dasarnya terdapat ribuan enzim yang berlainan tapi hanya
beberapa yang secara rutin diperiksa untuk diagnosis klinis. Karena enzim terutama
terdapat didalam sel, adanya peningkatan jumlah suatu enzim dalam serum atau
plasma merupakan konsekuensi dari cidera sel sehingga molekul-molekul intrasel
dapat lolos keluar. Dengan demikian, jumlah enzim yang sangat berlebihan dalam
serum digunakan secara klinis sebagai bukti adanya kerusakan organ.
(Sacher, A. Ronald.,
2004)
Enzim adalah biokatalisator organik
yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma yang terdiri dari
protein/suatu senyawa yang berikatan dengan protein. Enzim mempunyai 2 fungsi
pokok yaitu:
1. Mempercepat
atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur
sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim
disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian diaktifkan dalam
lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis dalam
pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk membentuk enzim
tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut zimogen. Enzim
tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya
menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat dihubungkan menjadi satu,
yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.
Sifat-sifat
enzim
1. Enzim
hanya mengubah kecepatan reaksi.
2. Enzim
bekerja secara spesifik.
3. Enzim
merupakan protein.
4. Enzim
diperlukan dalam jumlah sedikit.
5. Enzim
bekerja secara bolak-balik.
6. Enzim
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim
1. Suhu
2. pH
3. Aktivator
4. Inhibitor
5. Serta
konsentrasi substrat.
(Mustahib,
2007)
ALT (alanin aminotransferase) dan
AST (aspartat aminotransferase) adalah enzim-enzim yang terletak disel hati
yang bocor ke sirkulasi umum ketika sel-sel hati yang terluka. Kedua enzim
sebelumnya dikenal sebagai SGPT dan SGOT. Kedua enzim transaminase dapat
dilaporkan pada slip laboratorium baru saja. ALT dan AST hadir dalam
konsentrasi tinggi dalam sel-sel dari hati, jantung, otot rangka, dan sel darah
merah. Pasien yang LFT menunjukkan kenaikan dominan ditransaminase memiliki
penyakit hati yang ditandai oleh kerusakan hepatoseluler.
(Pratiwi.
D. A., 2006)
Pada beberapa penyakit, terutama
gangguan genetik yang menurun, mungkin terdapat kekurangan atau bahkan
kehilangan satu atau lebih enzim pada jaringan. Pada keadaan abnormal lainnya,
aktivitas yang berlebihan dari suatu enzim tertentu kadang-kadang dapat
dikontrol oleh obat yang dibuat untuk menghambat aktivitas katalitiknya.
Selanjutnya, pengukuran aktivitas enzim tertentu pada plasma darah, sel darah
merah, atau contoh jaringan penting bagi diagnosa penyakit. Enzim telah menjadi
alat praktis yang penting bukan hanya dalam dunia kesehatan tetapi juga dalam
industri kimiawi, dalam pengolahan pangan, dan pertanian.
(Albert L. Lehninger. 1989)
III.
ALAT
DAN BAHAN
a. ALAT
No.
|
Alat
|
Fungsi
|
1
|
Alat gelas
|
Untuk mereaksikan
senyawa atau sampel
|
2
|
Kuvet stardas
|
Untuk tempat sampel
yang akan diukur absorbansinya
|
3
|
Spektrofotometer
|
Untuk analisis
kuantitatif
|
4
|
Pipet volum
|
Untuk mengambil
reagen atau sampel
|
5
|
Stopwatch
|
Untuk memberi waktu
|
6
|
Mikropipet
|
Untuk mengambil
reagen atau sampel
|
b.
BAHAN
1. Reagen
1 ASAT (GOT) FS dari Diasys, terdiri dari:
TRIS 80
mmol/L
L-aspartat 240 mmol/L
MDH (Malat dehydrogenase) ≥600 U/L
LDH (Laktat dehydrogenase) ≥600 U/L
2. Reagen
2 ASAT (GOT) FS dari Diasys, terdiri dari:
2-oxoglutarat 12 mmol/L
NADH 0,18
mmol/L
3. Reagen
1 ALAT (GPT) FS dari Diasys terdiri dari:
TRIS 100
mmol/L
L-alanin 500
mmol/L
LDH (Laktat dehydrogenase) ≥1200 U/L
4. Reagen
2 ALAT (GPT) FS dari Diasys, terdiri dari:
2-oxoglutarat 15 mmol/L
NADH 0,8 mmol/L
No.
|
Bahan
|
Fungsi
|
1
|
TRIS
|
Untuk penstabil pH
|
2
|
L-aspartat
|
Sebagai substrat
|
3
|
Sampel
|
Untuk identifikasi
(sumber identifikasi)
|
4
|
MDH
|
Sebagai enzim pereduksi
|
5
|
LDH
|
Sebagai enzim pereduksi
|
6
|
2-oxoglutarat
|
Sebagai reaktan
|
7
|
NADH
|
Senyawa yang
digunakan untuk pembacaan pada spektro UV
|
8
|
L-alanin
|
Sebagai substrat
|
IV.
CARA KERJA
PENETAPAN KADAR
GOT/ASAT (Metode optimized UV-Test)
370C
|
|
Sampel
|
100
μL
|
Reagent
1
|
1000
μL
|
PENETAPAN KADAR
GPT/ALAT (Metode optimized UV-Test)
370C
|
|
Sampel
|
100
μL
|
Reagent
1
|
1000
μL
|
V.
HASIL
PERCOBAAN
Sampel
: Plasma
Pasien : Ny. Dwi Purnamawati
UJI
|
KELOMPOK
|
WAKTU
(menit)
|
KADAR
(U/L)
|
KETERANGAN
|
GOT/
ASAT
|
A.1.
|
2
|
17
U/L
|
NORMAL
|
9
|
14
U/L
|
NORMAL
|
||
16
|
22
U/L
|
NORMAL
|
||
A.2.
|
2
|
12
U/L
|
NORMAL
|
|
7
|
23
U/L
|
NORMAL
|
||
14
|
23
U/L
|
NORMAL
|
||
A.5.
|
2
|
12
U/L
|
NORMAL
|
|
8
|
7
U/L
|
NORMAL
|
||
10
|
11
U/L
|
NORMAL
|
||
GPT/
ALAT
|
A.2.
|
2
|
2
U/L
|
NORMAL
|
6
|
0
U/L
|
NORMAL
|
||
9,5
|
2
U/L
|
NORMAL
|
||
A.4.
|
4
|
3
U/L
|
NORMAL
|
|
8
|
0
U/L
|
NORMAL
|
||
13,5
|
2
U/L
|
NORMAL
|
VI.
PEMBAHASAN
Enzim-enzim yang mengkatalisis
pemindahan reversibel satu gugus amino antara suatu amino dan suatu asam
alfa-keto disebut aminotransferase atau transaminase. Dua aminotransferase yang
paling sering diukur adalah alanin aminotransferase (ALT) atau glutamat-piruvat
transaminase (GPT) dan aspartat aminotransferase (AST) atau glutamate
oksaloasetat transaminase (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan pirodoksal
fosfat (vitamin B₆
sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk
meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin B₆ (misal
hemodialisis,malnutrisi).
AST (GOT) lebih banyak dijumpai di
jantung dan di hati sedangkan lokasi hepatosil di mitokondria dan sitoplasma.
Waktu paruh dalam darah 12-22 jam. Perubahan pada inflamasi akut sensitif
sedangkan perubahan pada neoplasma primer dan skunder meningkat bermakna pada
sirosis meningkat sedangkan pada infark miokard meningkat bermakna.
Aminotransferase
merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila keduanya meningkat.
Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat menyebabkan peningkatan
AST maupun ALT. SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan
terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus
hepatitis atau sirosis, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat. Maka, lewat
hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan
hati.
Peningkatan
aminotransferase :
·
Kadar sangat tinggi
(20x normal) = hepatitis virus,hepatitis toksik
·
Meningkat sedang (3-10x
normal) = mononukleosik, infeksiasa, hepatitis kronis aktif, obstruksi duktus
bilaria ekstrahepatik, infark miokardium
·
Meningkat ringan (1-3x
normal) = pankreatitis, sirosis biliaris, neoplastik
SGOT singkatan dari Serum Gutamic
Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang secara normal berada di sel hati
dan organ lain. SGOT dikeluarkan ke dalam darah ketika hati rusak. Level SGOT
darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus
hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST). Dalam uji SGOT
dan SGPT, hati dapat dikatan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma
lebih besar dari kadar normalnya.
SGOT yang berada sedikit diatas
normal tak selalu menunjukkan seseorang sedang sakit. Bisa saja peningkatan itu
terjadi bukan akibat gangguan pada liver. Setelah kita berolahraga, sangat
mungkin SGOT akan naik. Kadar SGOT juga mudah naik turun (tidak stabil), mungkin
saja saat diperiksa,kadarnya sangat tinggi namun setelah itu kembali normal.
Pada kasus lain, mungkin saat diperiksa kadarnya sedang normal, padahal justru
tinggi. Karena itu, satu kali pemeriksaan satu kali saja belum dapat dijadikan
sebagai kesimpulan.
Namun, kadar SGOT sedikit diatas
normal juga tidak boleh dianggap ringan. Meski bisa saja sebaliknya, seeorang
mengidap sakit liver kronis walaupun kadar SGOTnya normal. Sekitar 30%
penderita hepatitis C kronis memiliki kadar ALT (SGPT) normal. Sisanya, 40%
penderita hanya menunjukkan kenaikan sedikit SGOT diatas BAN (Batas Atas
Normal).
Penyakit-penyakit tersebut umumnya
ditandai dengan peningkatan angka SGOT. Namun, kedua enzim itu tidak 100%
dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung,
pankreas dan ginjal. Itu sebabnya, jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar
kedua enzim inipun meningkat. Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan banyak hal,
misalnya aktivitas fisik yang berat ataupun trauma. Ketika kita mendapat
injeksi intra muskular (suntik lewat jaringan otot) sel-sel otot pun bisa
mengalami sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini.
Singkatnya, ada banyak faktor yang menyebabkan kenaikan SGOT.
Perlu diperhatikan, baik SGOT maupun
SGPT hanya menggambarkan tingkat kerusakan sel hati. Kedua enzim itu tidak bisa
menggambarkan tingkat kemampuan sel hati untuk meregenerasi diri. Dalam kondisi
normal, sel-sel tubuh memiliki kemampuan regenerasi. Jika rusak, mereka akan
menggantinya dengan sel-sel baru. Kemampuan meregenerasi inilah yang akan
mengimbangi kerusakan sel.
Untuk menentukan GPT seru akan
dianalisis perlakuannya sama dengan GOT, direaksikan dengan 2-oxoglutarat dan
alanin dalam larutan buffer. Kadar GPT pada percobaan menunjukkan angka sebesar
17 . Dimana pasien wanita ini diukur serumnya
pada suhu 37°c. Jika dibandingkan dengan range kadar GPT normal pada suhu 37°c
pada wanita < 31°c. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa kadar GPT
pasien yang bersangkutan adalah normal. Kadar pada percobaan kelas kami dapat
dikatakan semua normal. Namun, pada A2 dan A4 didapat hasil 0 dikarenakan ada
kesalahan pada alat pengukuran kadar.
Interpetasi penyakit jika hasil
tidak masuk dalam range normal sama dengan GOT karena orang yang menderita
cedera akut pada hati, seperti hepatitis dapat menyebabkan peningkatan kadar
GOT/AST maupun ALT. Setelah melakukan rangkai percobaan kali ini praktikan
mampu memahami dan melakukan pemeriksaan GOT/ASAT dan GPT/ALT.
VII.
KESIMPULAN
·
Kadar GPT 17 adalah normal
·
Pada percobaan kelas
kami, kadar yang didapat adalah normal
·
Hasil 0 yang didapat dikarenakan alat
pengukuran kadar yang ada sudah rusak
·
Pasien tidak mengalami
kerusakan hati atau gangguan fungsi hati
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Albert
L. Lehninger., 1989, Dasar-dasar Biokimia
jilid 1, hal 235, Erlangga, Jakarta.
Pratiwi. D. A., 2006, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Sacher.
A. Ronald et al., 2004, Tinjauan Klinis
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11, hal 341, Buku kedokteran EGC,
Jakarta.
INFEED
0 Comment for "Laporan Prakitkum Kimia Klinik Materi Enzim"